“Aku percaya bahwa Tuhan dapat menyapa dan menyembuhkan setiap orang yang percaya kepada-Nya melalui pintu-pintu yang berbeda.”
Aku seorang Budha yang taat bahkan dalam beberapa tahun terakhir ini aku dipercayai untuk memimpin salah satu organisasi terbesar dalam agama Budha di Indonesia.
Aku telah mengunjungi Vatikan sebanyak 6 kali. Dan, pada kunjunganku yang ke – 5, aku mengajak istri dan anak-anakku untuk bersamaku ke sana, ke pusat Gereja Katolik. Istriku mengalami sakit punggung yang tak tertahankan. Karena sakitnya maka ketika kami sampai di Vatikan dan hendak mengunjungi Basilika St. Petrus, istri dan anak-anakku enggan untuk turun dari mobil. Saya pun turun sendirian dan melihat-lihat serta mengagumi kemegahan Basilika St. Petrus. Tiba-tiba seseorang yang tidak kukenal mendekati dan bertanya mengajak: “Apakah bapa mau turun ke bawah mengunjungi makam orang-orang kudus di di Basilika St. Petrus ini?” Saya pun kembali ke mobil dan mengajak istri dan anak-anakku, dan syukur kepada Tuhan bahwa mereka mau mengikuti ajakanku untuk mengunjungi makam yang kemudian aku tahu bahwa itu kuburan para Paus, Pemimpin Gereja Katolik dari masa ke masa.
Orang itu menuntun kami keluarga untuk mengunjungi makam-makam para Paus. Maka tibalah kami di depan makam seorang Paus, yang diperkenalkan oleh pengantar bahwa itu adalah MAKAM ST. PETRUS, Paus pertama dalam Gereja Katolik. Sejenak kami berdiri di depan makam St. Petrus dan berdoa menurut kepercayaan kami sebagai orang Budha.
Selang beberapa waktu kemudian kami pun keluar dari makam para Paus di Basilika St. Petrus yang megah itu. Setelah kunjungan ke makam St. Petrus yang tak terencana itu, istriku tidak lagi merasakan sakit yang tak tertahankan itu bahkan sampai sekarang. Dan, kutahu bahwa lewat St. Petrus, Tuhan telah menyembuhkan istriku. Ya, di makam St. Petrus dan melalui dia, istriku mendapatkan belas kasihan Tuhan. Itulah penghayatanku walaupun aku seorang Budhis.
Maka dalam kunjungan ke – 6 ke Basilika St. Petrus, aku diajak lagi untuk berkeliling oleh teman Romo dari Indonesia yang bekerja di Vatikan. Aku lalu meminta kepada Romo untuk mengunjungi makam St. Petrus. Si Romo pun menjawab bahwa kita boleh berkunjung ke sana tapi tidak bisa sembarangan masuk ke makam St. Petrus. Ketika tiba di depan makam St. Petrus, Romo pengantar mengingatkanku untuk tidak boleh mendekati makam St. Petrus melewati tali pembatas. Tanpa menghiraukan peringatan si Romo, aku pun membuka terali pembatas makam St. Petrus karena niatku untuk berterima kasih kepada St. Petrus atas kesembuhan istriku dengan tulus. Romo pun hanya bengong memandang tindakanku yang tidak lumrah itu. Anehnya, tidak ada seorang petugas atau Swiss Guard pun yang menegurku atas tindakan nekat memasuki makam St. Petrus di lantai bawah Basilika St. Petrus, Vatikan. Itulah mujizat yang pernah kualami di Basilika St. Petrus, Vatikan.
Akhirnya aku menyadari bahwa Tuhan sangat mampu menolong dan menyembuhkan mereka yang percaya kepada-Nya melalui pintu dan jendela yang berbeda.
Ditulis kembali oleh Mgr. Inno Ngutra, yang mendengarkan langsung penuturan kisah pengalaman religius yang luar biasa ini dari sang penutur di sela-sela SAGKI 2025 di Jakarta.
